Jakarta - Lesunya pertumbuhan ekonomi membuat Pusat Elektronik Glodok sepi pengunjung. Selain kondisi ekonomi sulit, rupanya tren pembelian produk elektronik lewat online ikut menggerus penjualan di pusat elektronik yang sejak dulu terkenal dengan harga miring itu."Ada 30% sampai 40% penurunan penjualan. Ekonomi sudah lagi nggak baik, bikin orang nggak beli dulu. Apalagi sekarang orang mulai hobi belanja elektronik lewat online jadi semakin sepi dagangan," ungkap Herman, salah seorang pedagang elektronik di Blok B, Pertokoan Harco Glodok, ditemui detikFinance, Rabu 16/6/2015.Herman mengatakan, ada alasan kuat yang membuat orang malas pergi ke Glodok dan memilih membeli elektronik dari toko online, yaitu harga yang lebih miring dari toko-toko di Glodok. "Sekarang orang kalau mau beli suka protes dulu, tanya kenapa harga barang di sini lebih mahal dari yang dilihat di internet," tuturnya. Pasalnya, beberapa pedagang yang berjualan di toko online tidak perlu membayar sewa lapak dan bahkan beberapa ada yang tidak bayar pajak sehingga harga jualnya lebih murah. Kondisi ini yang juga membuat Herman bersama sejumlah pedagang lain menurunkan harga barang. "Itu saja masih sepi," katanya. Padahal, menurutnya, meski harga lebih miring, justru barang yang dijual di internet kurang terjamin dari kualitas maupun harapan pembeli. "Kalau beli online siapa yang tahu barangnya sesuai sama keinginan kita atau tidak. Kalau kita rusak, berani jamin," pun tak berniat membuka toko online sebagai strategi penjualan. Herman berasalan, saat ini masih punya pelanggan yang setia."Saya masih ada langganan. Dan kalau jualan seperti ini lebih terjamin," kata pedagang handycam, CCTV, laptop, dan PS4 ini. ang/ang
Glodok Pasar Elektronik Anda bisa puas memilih barang elektronik di sini, mulai dari kulkas, mesin cuci, DVD player, radio, dll. Beberapa yang dapat Anda lirik seperti Harco Glodok, Orion Plaza, Glodok Plaza, dan Metro Glodok. Silakan melihat-lihat di Jl. Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Buka setiap hari pukul WIB. Jalan Surabaya, Pasar
JAKARTA - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membuat aktivitas perdagangan di pusat elektronik Glodok City lesu. Kondisi demikian telah terjadi sejak dolar berangsur naik sejak 2-3 minggu lalu. Sebagai langkah antisipasi kerugian yang kian besar akibat sepinya transaksi, pedagang mulai menutup toko dan mengurangi jumlah karyawan. Bagi yang memiliki modal cukup kuat, mereka menaikkan harga barang hingga 20-30% agar tetap mendapat keuntungan. Karyawan toko Star Jaya, Adi Jumala, 30, menuturkan, harga barang elektronik seperti monitor, laptop, kamera pengintai CCTV, mic, soundsystem, dankamera digital mengalami kenaikan 20-30% dari harga sebulan sebelumnya. Laptop merek Lenovo ukuran 14 inci misalnya, sebulan yang lalu harganya Rp3,2 juta. Setelah nilai tukar dolar Amerika Serikatm enguat, harga laptop mencapai Rp3,5 juta. ”Ini kan barang impor, jadi harganya mengikuti pergerakan nilai tukar dolar Amerika,” katanya kemarin. Akibat pelemahan ini, omzet penjualan di tokonya pun mengalami penurunan hingga 50% karena banyak pembeli menahan diri untuk berbelanja elektronik. ”Tahun lalu kita bisa sampai Rp100 juta per bulan, sekarang Rp50 juta saja susah,” terangnya. Konsumen yang berasal dari seluruh Indonesia pun tidak membantu banyak dalam meningkatkan penjualan. Bahkan, sebelum rupiah mengalami pelemahan, transaksi perdagangan di Glodok City sudah melemah. ”Glodok kalah bersaing dengan pusat perbelanjaan lain dan toko online,” tambahnya. Seorang pembeli, Asep Jainuri, 39, mengaku masih sering berbelanja di Pasar Glodok City lantaran pilihannya lengkap dan harganya relatif murah. Hanya, Asep menyayangkan melemahnya rupiah yang berimbas pada naiknya harga barang. Harga televisi LED 32 inci merek Samsung pada Mei lalu Rp3,1 juta, sekarang naik menjadi Rp3,7 juta. ”Naiknya sekitar 20%,” kata pria asal Jatinegara, Jakarta Timur, ini. Ketua Paguyuban Pedagang Glodok City Muhammad Ridwan mengatakan, dampak perlambatan ekonomi sangat berimbas terhadap aktivitas perdagangan. Meski tidak banyak, beberapa pedagang memilih menutup tokonya karena biaya operasional membengkak. Adapun, beberapa yang bertahan memilih mengurangi jumlah karyawan untuk meminimalisir biaya operasional toko. ”Dari total 200 pedagang yang ikut paguyuban, sekitar 0,5% menutup tokonya. Anda bisa lihat sendiri, beberapa kios tutup dan disegel pemilik gedung,” ujarnya. Ridwan berharap pemerintah memberikan bantuan atau insentif untuk menyiasati perlambatan ekonomi ini. Salah satunya memperbaiki fasilitas pendukung pasar, seperti pendingin ruangan AC yang sudah empat tahun terakhir ini rusak. Meski sudah dilaporkan, hingga saat ini belum ada respons dari pengelola maupun Pemprov DKI Jakarta. Selain meminta perbaikan fasilitas, para pedagang juga akan sangat terbantu apabila ada bantuan kredit dengan bunga rendah. Kabid Sosial Asosiasi Pedagang Komputer Indonesia Apkindo Mariman Muhardi menjelaskan, kenaikan barang elektronik saat ini merupakan yang paling tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Meski dahulu Indonesia sempat mengalami krisis, kenaikan hanya 5%. Dia berharap, pemerintah segera merespons kondisi ini. Jika tidak secepatnya diambil kebijakan, akan berakibat fatal bagi para pedagang dan pembeli. ”Kalau sampai terus-terusan begini, para pedagang bakal bangkrut dan konsumen tak lagi beli,” yusuf ftr LTCGlodok Lantai 1 Blok A2 No.8-9. Radius Allkindo Electric bergerak di bidang penyediaan barang dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen terutama pada sektor Ketenagalistrikan (Power Sector). Produk yang kami sediakan merupakan barang-barang kualitas terbaik yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dan dengan harga terbaik.Barang elektronik di pasar Glodok. Foto Elsa Toruan/kumparanSejumlah pedagang barang elektronik di Pasar Glodok, Jakarta, mengaku mengalami penurunan penjualan akibat harga barang yang meningkat. Melonjaknya harga barang-barang elektronik, seperti laptop hingga kamera DSLR ini terjadi karena pelemahan rupiah terhadap dolar AS. “Rata-rata penjualan kami menurun sampai 20 persen karena harga naik,” kata Novanda, salah seorang penjual kamera DSLR di Pasar Glodok, Jakarta, Minggu 2/9. Dia juga menambahkan kalau rata-rata kenaikan harga kamera DSLR yang ia jual sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per unit, tergantung pada jenis kamera. Selain Novanda, juga ada Ratna yang menjual laptop di salah satu stan Pasar Glodok. Ratna menjelaskan bahwa kalau biasanya dia mampu menjual sebanyak 7 hingga 8 unit laptop per minggu, namun sekarang tidak. Tiap minggunya, Ratna hanya mampu menjual sekitar 3 unit laptop kepada pengunjung yang datang.“Sepi. Karena harga pada naik jadi orang yang beli juga jarang pasti,” katanya. Barang elektronik di pasar Glodok. Foto Elsa Toruan/kumparanPenurunan penjualan ini, dikatakan Ratna tentu berpengaruh terhadap omzet yang didapatnya dari berjualan laptop di Pasar Glodok. Tiap bulan, Ratna bisa memperoleh pendapatan sebesar Rp 150 juta hingga Rp 200 juta.“Kalau sekarang boro-boro, lagi lesu banget. Orang pasti ada rasa enggan buat pesan kalau harganya meningkat signifikan,” tutupnya.
Padaera global, pasar bebas tidak hanya berlaku untuk komoditi produk barang dan jasa saja yang akan bebas keluar dan masuk kawasan negara Indonesia, namun termasuk juga tenaga kerja. Kompetisi antar tenaga kerja yang akan memasuki pasar kerja akan didasarkan pada kemampuan atau kompetensi yang dimiliki oleh
Mungkinglodok elektronik bisa jadi pilihan yang paling baik bagi Anda. Di sana Anda bisa dengan jelas membandingkan harga serta kualitas barang yang Anda perlukan. Selain itu mungkin jika beruntung Anda bisa memperoleh barang bagus dengan harga miring di toko elektronik tersebut. 2. Perhatikan garansi barang elektronik yang Anda beli.